KOPI INDONESIA
Sungguh mulia sejatinya cita-cita dibalik penyelenggaraan Indonesian
Coffee Festival ke-2 yang akan digelar di Ubud, Bali, pada tanggal 15
hingga 16 September mendatang.
Bagaimana tidak. Lewat festival itu, Kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ingin menjadikan Indonesia sebagai kiblat kopi dunia plus memposisikan agrowisata kopi sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan. Lebih dari itu, berniat mengembangkan kuliner kopi sebagai lifestyle yang menjadi bagian dari ekonomi kreatif sekaligus ingin mempopulerkan kopi Luwak maupun kopi Tubruk.
Kemenparekraf melibatkan banyak pihak dalam penyelenggaraan Indonesian Coffee Festival tahun ini. Mulai dari Pemerintah Kabupaten Gianyar, Kerajaan Ubud, Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, Komunitas Kopi hingga Blogger Kopi.
Soal promosi, tentu saja, tidak akan ketinggalan. Pastilah hajatan itu bakal bergema ke seluruh penjuru dunia. Semua channel promosi maupun media sosial bisa jadi akan dimanfaatkan untuk menggaungkan event tadi. Karena itu pula, besar harapan, Indonesian Coffee Festival akan menuai sukses.
Tapi, tunggu dulu. Hajatan akbar itu sebenarnya punya misi lain juga yang tak kalah serius ketimbang sekedar mengemas agrowisata kopi sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan. Melalui Indonesian Coffee Festival, Kemenparekraf ingin mengamankan posisi Indonesia di peringkat ketiga produsen kopi terbesar di dunia - setelah Brasil dan Kolombia.
Menurut Ellyanthi Tambunan, Direktur Pelaksana Indonesian Coffee Festival, Vietnam saat ini sedang berusaha keras mengincar posisi Indonesia. Di pasar dunia, Vietnam disebut menjual kopinya dengan harga murah. Jadi, dengan event tadi, ancaman tersebut diharapkan bisa diredam.
Perlu diketahui, Indonesia menjadi penghasil kopi Robusta terbanyak sampai sekarang. Minimal sebanyak 85 persen. Sisanya, kopi Arabika. Jika keduanya digabung, Indonesia tercatat mampu memproduksi 600 ribu ton per tahun yang bersumber dari 1,3 juta hektar kebun rakyat. Nah, angka produksi di atas setara dengan suplai tujuh persen dari total produksi kopi seluruh dunia.
Setalah diolah, komoditi itu kemudian diseduh dan dinikmati oleh para peminum kopi. Dalam hal ini, masih menurut Ellyanthi Tambunan, tak kurang dari 100 miliar cangkir kopi (sekitar 165,9 ton kopi) diseduh setiap harinya di seluruh dunia, termasuk di gerai kopi semacam Starbucks yang sekarang ini telah menggurita di berbagai kawasan di muka bumi ini, pun di Indonesia.
Hingga medio Mei lalu, jumlah gerai kopi asal Amerika Serikat itu telah mencapai ratusan. Yang terbaru adalah dibukanya gerai ke-125 di Kuningan City, Jakarta. Kelak, pada tahun 2013, gerai Starbucks yang akan dibuka di Indonesia diproyeksikan mencapai 150 gerai. Di Indonesia, jaringan gerai kopi Starbucks dioperasikan oleh PT Sari Coffee Indonesia (Starbucks Coffee Indonesia) yang merupakan anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk.
Dalam sebuah kesempatan ke media beberapa waktu lalu, Fetty Kwartati, Sekretaris Perusahaan Mitra Adiperkasa sempat berucap bahwa gerai Starbucks memberikan kontribusi penjualan terbesar -meski tak lebih dari separuh- dari seluruh merek Food & Beverage yang dikelola oleh Mitra Adiperkasa. Artinya, bisnis gerai kopi memang sangat menguntungkan.
Kondisi itulah yang tampaknya dibidik oleh PT Santos Jaya Abadi (produsen kopi Kapal Api, Excelso, ABC, Good Day, Ya, Kapten) yang membesut jaringan gerai kopi berlabel Cafe Excelso dan dikelola oleh anak usahanya bernama PT Excelso Multi Rasa.
Seusai membuka gerai kopi Cafe Excelso di Cirebon Super Blok Mall pada medio Juni lalu, Excelso Multi Rasa kembali mengoperasikan gerai sejenis di Samarinda Central Plaza, Kalimantan Timur, pada bulan Juli 2012.
Waktu itu, Puji Sulistyowati, Public and Media Relation Excelso Multi Rasa, mengatakan kehadiran gerai Cafe Excelso di Samarinda Central Plaza merupakan bagian dari ekspansi bisnis pihaknya untuk merambah ke wilayah Indonesia bagian Timur. Sayang, sampai saat ini, belum jelas betul berapa banyak gerai yang akan dihadirkan Excelso Multi Rasa di kawasan Indonesia bagian Timur.
Gerai Cafe Excelso pertama kali dibuka pada September 1991 di Plaza Indonesia, Jakarta. Kini, Excelso Multi Rasa telah mengelola 80 buah gerai Cafe Excelso yang tersebar di lebih dari 24 kota di seluruh Indonesia.
Awalnya, Cafe Excelso hanya berfungsi sebagai pendukung merek kopi Excelso yang diproduksi oleh Santos Jaya Abadi. Namun, seiring perkembangan gaya hidup masyarakat kota besar yang ternyata mendatangkan fulus yang tidak sedikit, Santos Jaya Abadi pun belakangan bertekad mengembangkan gerai kopi miliknya sendiri.
Tahun 2004, Santos Jaya Abadi malah menambah brand gerai kopinya dengan meluncurkan Café Grazia. Akan tetapi, tak seperti Cafe Excelso yang berkembang biak dengan cepat, jumlah Café Grazia sampai saat ini baru sebatas tiga gerai.
Dari Surabaya, PT Coffee Toffee Indonesia juga mencoba peruntungan yang sama. Adalah Odi Anindito yang sempat menjadi barista di sebuah coffee shop di Australia yang pertama kali meluncurkan gerai kopi dengan nama Coffee Toffee pada akhir tahun 2005 di kota Pahlawan itu.
Di kemudian hari, saat menerapkan konsep kerjasama dengan pola waralaba, Coffee Toffee Indonesia melaju kencang dalam tempo relatif cepat. Buktinya, Coffee Toffee Indonesia kini sudah mengelola kurang lebih 113 gerai Coffee Toffee yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi. Dari jumlah itu, lebih dari seratus gerai merupakan gerai milik mitra bisnis.
Lima tahun silam, semangat enterpreneurship jualah yang mendorong Irvan Helmi dan Muhammad Abgari saat menghadirkan gerai kopi perdananya bertajuk Anomali Coffee di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta. Sampai saat ini, Anomali Coffee telah hadir di empat lokasi, yaitu di Kemang, Setiabudi Building, Grand Indonesia, dan Kebayoran Baru. Di gerai Anomali Coffee, penikmat kopi diberikan suguhan berupa cita rasa kopi lokal yang didatangkan dari perkebunan kopi yang tersebar dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, sampai Papua.
Seolah tak mau ketinggalan, pengusaha senior Rudy Pesik pun turut meramaikan ranah bisnis gerai kopi dengan merilis gerai Kopi Kamu sejak Juni 2010. Meski usianya masih muda, jaringan gerai Kopi Kamu punya akselerasi yang terbilang luar biasa. Buktinya, saat ini, gerai yang menjual belasan jenis kopi Indonesia itu sudah hadir di 15 lokasi di Indonesia.
Jangan tanya jumlah gerainya yang dibuka di luar negeri. Hingga sekarang, Rudy Pesik kabarnya telah berhasil mengoperasikan kurang lebih 3 ribu gerai Kopi Kamu yang tersebar di 18 negara lewat skema waralaba maupun joint venture. Lebih dari itu, Chairman PT Birotika Semesta (DHL Express) ini ikut menggagas ajang Puteri Kopi Indonesia dan mendirikan Yayasan Akademi Kopi Indonesia.
Kelak, Rudy Pesik berniat meluncurkan second brand-nya dengan nama Krakatau yang diarahkan untuk melapis gerai Kopi Kamu. Adapun Kopi Kamu sendiri nantinya akan didongkrak naik agar bisa selevel dengan gerai semacam Starbucks.
Di Semarang, pada tahun 1999, PT Java Prima Abadi memulai langkahnya di pentas bisnis gerai kopi dengan meluncurkan gerai Kopi Luwak. Sampai sekarang, perusahaan buatan Tan Hok Sek itu sudah mengelola 17 gerai Kopi Luwak di berbagai pusat perbelanjaan di Jakarta, Semarang, Solo, maupun Yogyakarta. Java Prima Abadi nantinya bakal membuka gerai sejenis di Bali dan Makassar.
Di Medan, PT Sari Makmur Tunggal Mandiri memperkenalkan kopi bubuk Medan melalui gerai Oval Coffe. Rencananya, Sari Makmur Tunggal Mandiri akan mengembangkan 50 gerai dalam tempo beberapa tahun ke depan. Plus menghadirkan gerai sejenis di Shanghai, China.
Di luar nama-nama di atas, ada juga Bakoel Koffie yang telah hadir di lima lokasi di Jakarta, yakni di Cikini, Senopati, Bintaro, Kelapa Gading, dan Kuningan. Sementara itu, gerai kopi Phoenam yang berdiri pada tahun 1946 di Jakarta, sudah beroperasi hingga ke Makassar, Surabaya, Mamuju, Palopo, Palu, dan Manado.
Merebaknya pebisnis lokal yang berkecimpung di arena gerai kopi ini memang tak bisa dilepaskan dari gaya hidup modern yang semakin menggandrungi kuliner kopi belakangan ini. Bahkan, BUMN seperti PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) pun terpincut merilis gerai Rollaas Coffee & Tea yang menyajikan Rollaas Kopi Luwak, Rollaas Peaberry Coffee, dan Rollaas Maragogype Coffee.
Medio April 2012, Perkebunan Nusantara XII baru saja membuka gerai keempat Rollaas Coffee & Tea di Bali. Gerai itu melengkapi tiga gerai yang telah dioperasikan sebelumnya di Bandung dan di dua pusat perbelanjaan di Surabaya (Tunjungan Plaza dan City of Tomorrow).
Menurut Setyo Wuryanto, Manajer Unit Industri Hilir Perkebunan Nusantara XII, beberapa waktu lalu, pihaknya menargetkan pendapatan industri hilir Perkebunan Nusantara XII bisa mencapai Rp 29 miliar sampai akhir tahun 2011.
Dari jumlah tersebut, produk teh dan kopi olahan yang dijual via gerai Rollaas Coffee & Tea diperkirakan bakal mampu memberikan kontribusi sebanyak 20 persen. Sisanya, datang dari penjualan produk olahan kayu dan air minum dalam kemasan Rollas.
Kontribusi 20 persen itu tentulah sebuah kondisi yang telah dipikirkan secara matang dan dapat diterima untuk saat ini. Maklum, BUMN yang bermarkas di Jawa Timur itu terhitung pemain baru di bisnis gerai kopi. Namun, jangan salah. Besar kemungkinan andil Rollaas Coffee & Tea bakal bertambah di masa mendatang seiring dengan hadirnya gerai-gerai barunya.
Situasi yang kurang lebih sama juga berlaku bagi jaringan gerai Kopi Kamu, Cafe Excelso, Bakul Coffee, Anomali Coffee, Oval Coffee, dan lain sebagainya, yang bisa jadi akan menambah jumlah gerai kopinya di masa yang akan datang.
Bagaimana tidak. Lewat festival itu, Kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ingin menjadikan Indonesia sebagai kiblat kopi dunia plus memposisikan agrowisata kopi sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan. Lebih dari itu, berniat mengembangkan kuliner kopi sebagai lifestyle yang menjadi bagian dari ekonomi kreatif sekaligus ingin mempopulerkan kopi Luwak maupun kopi Tubruk.
Kemenparekraf melibatkan banyak pihak dalam penyelenggaraan Indonesian Coffee Festival tahun ini. Mulai dari Pemerintah Kabupaten Gianyar, Kerajaan Ubud, Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, Komunitas Kopi hingga Blogger Kopi.
Soal promosi, tentu saja, tidak akan ketinggalan. Pastilah hajatan itu bakal bergema ke seluruh penjuru dunia. Semua channel promosi maupun media sosial bisa jadi akan dimanfaatkan untuk menggaungkan event tadi. Karena itu pula, besar harapan, Indonesian Coffee Festival akan menuai sukses.
Tapi, tunggu dulu. Hajatan akbar itu sebenarnya punya misi lain juga yang tak kalah serius ketimbang sekedar mengemas agrowisata kopi sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan. Melalui Indonesian Coffee Festival, Kemenparekraf ingin mengamankan posisi Indonesia di peringkat ketiga produsen kopi terbesar di dunia - setelah Brasil dan Kolombia.
Menurut Ellyanthi Tambunan, Direktur Pelaksana Indonesian Coffee Festival, Vietnam saat ini sedang berusaha keras mengincar posisi Indonesia. Di pasar dunia, Vietnam disebut menjual kopinya dengan harga murah. Jadi, dengan event tadi, ancaman tersebut diharapkan bisa diredam.
Perlu diketahui, Indonesia menjadi penghasil kopi Robusta terbanyak sampai sekarang. Minimal sebanyak 85 persen. Sisanya, kopi Arabika. Jika keduanya digabung, Indonesia tercatat mampu memproduksi 600 ribu ton per tahun yang bersumber dari 1,3 juta hektar kebun rakyat. Nah, angka produksi di atas setara dengan suplai tujuh persen dari total produksi kopi seluruh dunia.
Setalah diolah, komoditi itu kemudian diseduh dan dinikmati oleh para peminum kopi. Dalam hal ini, masih menurut Ellyanthi Tambunan, tak kurang dari 100 miliar cangkir kopi (sekitar 165,9 ton kopi) diseduh setiap harinya di seluruh dunia, termasuk di gerai kopi semacam Starbucks yang sekarang ini telah menggurita di berbagai kawasan di muka bumi ini, pun di Indonesia.
Hingga medio Mei lalu, jumlah gerai kopi asal Amerika Serikat itu telah mencapai ratusan. Yang terbaru adalah dibukanya gerai ke-125 di Kuningan City, Jakarta. Kelak, pada tahun 2013, gerai Starbucks yang akan dibuka di Indonesia diproyeksikan mencapai 150 gerai. Di Indonesia, jaringan gerai kopi Starbucks dioperasikan oleh PT Sari Coffee Indonesia (Starbucks Coffee Indonesia) yang merupakan anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk.
Dalam sebuah kesempatan ke media beberapa waktu lalu, Fetty Kwartati, Sekretaris Perusahaan Mitra Adiperkasa sempat berucap bahwa gerai Starbucks memberikan kontribusi penjualan terbesar -meski tak lebih dari separuh- dari seluruh merek Food & Beverage yang dikelola oleh Mitra Adiperkasa. Artinya, bisnis gerai kopi memang sangat menguntungkan.
Kondisi itulah yang tampaknya dibidik oleh PT Santos Jaya Abadi (produsen kopi Kapal Api, Excelso, ABC, Good Day, Ya, Kapten) yang membesut jaringan gerai kopi berlabel Cafe Excelso dan dikelola oleh anak usahanya bernama PT Excelso Multi Rasa.
Seusai membuka gerai kopi Cafe Excelso di Cirebon Super Blok Mall pada medio Juni lalu, Excelso Multi Rasa kembali mengoperasikan gerai sejenis di Samarinda Central Plaza, Kalimantan Timur, pada bulan Juli 2012.
Waktu itu, Puji Sulistyowati, Public and Media Relation Excelso Multi Rasa, mengatakan kehadiran gerai Cafe Excelso di Samarinda Central Plaza merupakan bagian dari ekspansi bisnis pihaknya untuk merambah ke wilayah Indonesia bagian Timur. Sayang, sampai saat ini, belum jelas betul berapa banyak gerai yang akan dihadirkan Excelso Multi Rasa di kawasan Indonesia bagian Timur.
Gerai Cafe Excelso pertama kali dibuka pada September 1991 di Plaza Indonesia, Jakarta. Kini, Excelso Multi Rasa telah mengelola 80 buah gerai Cafe Excelso yang tersebar di lebih dari 24 kota di seluruh Indonesia.
Awalnya, Cafe Excelso hanya berfungsi sebagai pendukung merek kopi Excelso yang diproduksi oleh Santos Jaya Abadi. Namun, seiring perkembangan gaya hidup masyarakat kota besar yang ternyata mendatangkan fulus yang tidak sedikit, Santos Jaya Abadi pun belakangan bertekad mengembangkan gerai kopi miliknya sendiri.
Tahun 2004, Santos Jaya Abadi malah menambah brand gerai kopinya dengan meluncurkan Café Grazia. Akan tetapi, tak seperti Cafe Excelso yang berkembang biak dengan cepat, jumlah Café Grazia sampai saat ini baru sebatas tiga gerai.
Dari Surabaya, PT Coffee Toffee Indonesia juga mencoba peruntungan yang sama. Adalah Odi Anindito yang sempat menjadi barista di sebuah coffee shop di Australia yang pertama kali meluncurkan gerai kopi dengan nama Coffee Toffee pada akhir tahun 2005 di kota Pahlawan itu.
Di kemudian hari, saat menerapkan konsep kerjasama dengan pola waralaba, Coffee Toffee Indonesia melaju kencang dalam tempo relatif cepat. Buktinya, Coffee Toffee Indonesia kini sudah mengelola kurang lebih 113 gerai Coffee Toffee yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi. Dari jumlah itu, lebih dari seratus gerai merupakan gerai milik mitra bisnis.
Lima tahun silam, semangat enterpreneurship jualah yang mendorong Irvan Helmi dan Muhammad Abgari saat menghadirkan gerai kopi perdananya bertajuk Anomali Coffee di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta. Sampai saat ini, Anomali Coffee telah hadir di empat lokasi, yaitu di Kemang, Setiabudi Building, Grand Indonesia, dan Kebayoran Baru. Di gerai Anomali Coffee, penikmat kopi diberikan suguhan berupa cita rasa kopi lokal yang didatangkan dari perkebunan kopi yang tersebar dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, sampai Papua.
Seolah tak mau ketinggalan, pengusaha senior Rudy Pesik pun turut meramaikan ranah bisnis gerai kopi dengan merilis gerai Kopi Kamu sejak Juni 2010. Meski usianya masih muda, jaringan gerai Kopi Kamu punya akselerasi yang terbilang luar biasa. Buktinya, saat ini, gerai yang menjual belasan jenis kopi Indonesia itu sudah hadir di 15 lokasi di Indonesia.
Jangan tanya jumlah gerainya yang dibuka di luar negeri. Hingga sekarang, Rudy Pesik kabarnya telah berhasil mengoperasikan kurang lebih 3 ribu gerai Kopi Kamu yang tersebar di 18 negara lewat skema waralaba maupun joint venture. Lebih dari itu, Chairman PT Birotika Semesta (DHL Express) ini ikut menggagas ajang Puteri Kopi Indonesia dan mendirikan Yayasan Akademi Kopi Indonesia.
Kelak, Rudy Pesik berniat meluncurkan second brand-nya dengan nama Krakatau yang diarahkan untuk melapis gerai Kopi Kamu. Adapun Kopi Kamu sendiri nantinya akan didongkrak naik agar bisa selevel dengan gerai semacam Starbucks.
Di Semarang, pada tahun 1999, PT Java Prima Abadi memulai langkahnya di pentas bisnis gerai kopi dengan meluncurkan gerai Kopi Luwak. Sampai sekarang, perusahaan buatan Tan Hok Sek itu sudah mengelola 17 gerai Kopi Luwak di berbagai pusat perbelanjaan di Jakarta, Semarang, Solo, maupun Yogyakarta. Java Prima Abadi nantinya bakal membuka gerai sejenis di Bali dan Makassar.
Di Medan, PT Sari Makmur Tunggal Mandiri memperkenalkan kopi bubuk Medan melalui gerai Oval Coffe. Rencananya, Sari Makmur Tunggal Mandiri akan mengembangkan 50 gerai dalam tempo beberapa tahun ke depan. Plus menghadirkan gerai sejenis di Shanghai, China.
Di luar nama-nama di atas, ada juga Bakoel Koffie yang telah hadir di lima lokasi di Jakarta, yakni di Cikini, Senopati, Bintaro, Kelapa Gading, dan Kuningan. Sementara itu, gerai kopi Phoenam yang berdiri pada tahun 1946 di Jakarta, sudah beroperasi hingga ke Makassar, Surabaya, Mamuju, Palopo, Palu, dan Manado.
Merebaknya pebisnis lokal yang berkecimpung di arena gerai kopi ini memang tak bisa dilepaskan dari gaya hidup modern yang semakin menggandrungi kuliner kopi belakangan ini. Bahkan, BUMN seperti PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) pun terpincut merilis gerai Rollaas Coffee & Tea yang menyajikan Rollaas Kopi Luwak, Rollaas Peaberry Coffee, dan Rollaas Maragogype Coffee.
Medio April 2012, Perkebunan Nusantara XII baru saja membuka gerai keempat Rollaas Coffee & Tea di Bali. Gerai itu melengkapi tiga gerai yang telah dioperasikan sebelumnya di Bandung dan di dua pusat perbelanjaan di Surabaya (Tunjungan Plaza dan City of Tomorrow).
Menurut Setyo Wuryanto, Manajer Unit Industri Hilir Perkebunan Nusantara XII, beberapa waktu lalu, pihaknya menargetkan pendapatan industri hilir Perkebunan Nusantara XII bisa mencapai Rp 29 miliar sampai akhir tahun 2011.
Dari jumlah tersebut, produk teh dan kopi olahan yang dijual via gerai Rollaas Coffee & Tea diperkirakan bakal mampu memberikan kontribusi sebanyak 20 persen. Sisanya, datang dari penjualan produk olahan kayu dan air minum dalam kemasan Rollas.
Kontribusi 20 persen itu tentulah sebuah kondisi yang telah dipikirkan secara matang dan dapat diterima untuk saat ini. Maklum, BUMN yang bermarkas di Jawa Timur itu terhitung pemain baru di bisnis gerai kopi. Namun, jangan salah. Besar kemungkinan andil Rollaas Coffee & Tea bakal bertambah di masa mendatang seiring dengan hadirnya gerai-gerai barunya.
Situasi yang kurang lebih sama juga berlaku bagi jaringan gerai Kopi Kamu, Cafe Excelso, Bakul Coffee, Anomali Coffee, Oval Coffee, dan lain sebagainya, yang bisa jadi akan menambah jumlah gerai kopinya di masa yang akan datang.
0 komentar: