Sensasi
Kopi Sidikalang
Satu lagi teman Kopi Gayo yang berasal dari Sumatra, tepatnya dari Kabupaten Dairi, Sumatra Utara. Namanya Kopi Sidikalang. Kawasan Bukit Barisan yang berhawa sejuk dan dingin kaya akan mineral sehingga membuat biji kopi ini masuk dalam ‘Top Quality’. Bisa dibilang kalau ini adalah saingan berat kopi asal Brazil. Namun karena tumbuh di area vulkanis, kopi ini menjadi terasa istimewa karena rasa dan aromanya benar-benar menggoda pecinta kopi.
Kopi Toraja
Travelers, kopi yang satu ini juga sudah mendunia yaitu berasal dari Tana Toraja Sulawesi Selatan. Kamu bisa merasakan kalau kopi ini punya perpaduan rasa yang khas, yaitu rasa kopi dan tanah. Unik sekali kan? Disini kamu bisa menemukan Kopi Toraja Arabika dan Kopi Toraja Robusta. Konon katanya, saat disruput rasa pahitnya mendadak hilang. Beda sekali dengan kopi-kopi lain. Penggemar berat Kopi Toraja adalah Jepang, Amerika dan Taiwan. Apa kamu sudah mencicipinya, travelers?
Kopi Kintamani
Travelers, Kopi Kintamani juga ternyata dipakai oleh coffee shop Starbucks lho. Dari namanya saja kamu sudah bisa menebak kalau kopi jenis ini berasal dari Bali, khususnya daerah Kintamani. Kawasan ini dikenal dengan iklimnya yang sejuk dan berupa pegunungan sehingga menghasilkan aroma kopi yang nikmat, manis, dan lembut. Sistem pengairan untuk perkebunan kopi juga masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan sistem subak sehingga kopi ini dikenal dengan kopi organik.
Kopi Wamena
Kopi Wamena termasuk dalam jenis Kopi Arabika yang tumbuh di lembah pegunungan Jayawijaya, Papua. Lokasinya cukup tinggi dengan suhunya berkisar antara 150C – 250C dengan pengolahan yang masih dilakukan secara tradisional dan organik. Tidak heran kalau kopi ini termasuk dalam kategori kopi berkualitas karena aromanya harum dan rasanya sangat manis setelah dicicipi. Buat kamu yang sudah pernah mencoba Kopi Jamaica Blue Mountain, konon Kopi Wamena mirip sekali rasanya. Hanya saja kandungan kafeinnya lebih sedikit.
Kopi Java
Travelers, Kopi Java yang termasuk dalam kopi Arabika ini punya aroma lebih manis dan setelah diseduh rasanya makin keluar dengan aroma herbal yang khas. Kopi Java juga punya kadar asam rendah dan tidak terlalu kental sehingga cocok buat siapa saja. Di Eropa, kopi ini diperkenalkan oleh Belanda pada abad ke-17 dan masih populer dan mendunia hingga sekarang.
Kopi Luwak
Ini dia kopi paling fenomenal dari Indonesia karena dinobatkan sebagai kopi termahal seantero jagad. Bagaimana travelers? Spektakuler kan? Buat para penggemar kopi, mencicipi kopi jenis ini berarti gengsi karena hanya orang-orang tertentu yang bisa menikmatinya. Harganya yang selangit membuat banyak orang berpikir ulang untuk memesan Kopi Luwak. Namun, kamu tidak akan kecewa karena kopi ini punya rasa yang soft, dan low acid. Proses fermentasinya sangat unik karena dilakukan dalam tubuh hewan luwak.
Bagaimana travelers, menarik kan kopi-kopi yang Pegipegi share di atas? Kalau kamu kebetulan di luar negeri dan menemukannya, jangan heran ya karena hampir semua kopi di tanah air sudah mendunia. Sekarang, kita ngopi lagi yuk!
Satu lagi teman Kopi Gayo yang berasal dari Sumatra, tepatnya dari Kabupaten Dairi, Sumatra Utara. Namanya Kopi Sidikalang. Kawasan Bukit Barisan yang berhawa sejuk dan dingin kaya akan mineral sehingga membuat biji kopi ini masuk dalam ‘Top Quality’. Bisa dibilang kalau ini adalah saingan berat kopi asal Brazil. Namun karena tumbuh di area vulkanis, kopi ini menjadi terasa istimewa karena rasa dan aromanya benar-benar menggoda pecinta kopi.
Kopi Toraja
Travelers, kopi yang satu ini juga sudah mendunia yaitu berasal dari Tana Toraja Sulawesi Selatan. Kamu bisa merasakan kalau kopi ini punya perpaduan rasa yang khas, yaitu rasa kopi dan tanah. Unik sekali kan? Disini kamu bisa menemukan Kopi Toraja Arabika dan Kopi Toraja Robusta. Konon katanya, saat disruput rasa pahitnya mendadak hilang. Beda sekali dengan kopi-kopi lain. Penggemar berat Kopi Toraja adalah Jepang, Amerika dan Taiwan. Apa kamu sudah mencicipinya, travelers?
Kopi Kintamani
Travelers, Kopi Kintamani juga ternyata dipakai oleh coffee shop Starbucks lho. Dari namanya saja kamu sudah bisa menebak kalau kopi jenis ini berasal dari Bali, khususnya daerah Kintamani. Kawasan ini dikenal dengan iklimnya yang sejuk dan berupa pegunungan sehingga menghasilkan aroma kopi yang nikmat, manis, dan lembut. Sistem pengairan untuk perkebunan kopi juga masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan sistem subak sehingga kopi ini dikenal dengan kopi organik.
Kopi Wamena
Kopi Wamena termasuk dalam jenis Kopi Arabika yang tumbuh di lembah pegunungan Jayawijaya, Papua. Lokasinya cukup tinggi dengan suhunya berkisar antara 150C – 250C dengan pengolahan yang masih dilakukan secara tradisional dan organik. Tidak heran kalau kopi ini termasuk dalam kategori kopi berkualitas karena aromanya harum dan rasanya sangat manis setelah dicicipi. Buat kamu yang sudah pernah mencoba Kopi Jamaica Blue Mountain, konon Kopi Wamena mirip sekali rasanya. Hanya saja kandungan kafeinnya lebih sedikit.
Kopi Java
Travelers, Kopi Java yang termasuk dalam kopi Arabika ini punya aroma lebih manis dan setelah diseduh rasanya makin keluar dengan aroma herbal yang khas. Kopi Java juga punya kadar asam rendah dan tidak terlalu kental sehingga cocok buat siapa saja. Di Eropa, kopi ini diperkenalkan oleh Belanda pada abad ke-17 dan masih populer dan mendunia hingga sekarang.
Kopi Luwak
Ini dia kopi paling fenomenal dari Indonesia karena dinobatkan sebagai kopi termahal seantero jagad. Bagaimana travelers? Spektakuler kan? Buat para penggemar kopi, mencicipi kopi jenis ini berarti gengsi karena hanya orang-orang tertentu yang bisa menikmatinya. Harganya yang selangit membuat banyak orang berpikir ulang untuk memesan Kopi Luwak. Namun, kamu tidak akan kecewa karena kopi ini punya rasa yang soft, dan low acid. Proses fermentasinya sangat unik karena dilakukan dalam tubuh hewan luwak.
Bagaimana travelers, menarik kan kopi-kopi yang Pegipegi share di atas? Kalau kamu kebetulan di luar negeri dan menemukannya, jangan heran ya karena hampir semua kopi di tanah air sudah mendunia. Sekarang, kita ngopi lagi yuk!
0 komentar: